Kebaktian
Kaum Muda, 23 Februari 2002
oleh
: Pdt. Pong Dongalemba.
Kaum Muda yang dikasihi oleh
Tuhan, saya menyampaikan salam sejahtera dan selamat berbahagia dalam menerima sabda Tuhan di dalam nama Tuhan
Yesus Kristus.
Duduklah dengan tenang untuk
dapat mendengarkan pemberitaan firman dengan sebaik-baiknya agar untuk kita
dapat mengerti firman, sebab di dalam firman itu ada sesuatu yang luar
biasanya.
Orang yang mengerti firman
dapat mengingat dan menjadi yakin serta dapat melakukan firman dengan
sebaik-baiknya untuk memperoleh hidup yang kekal. Jadi dengarkanlah firman
dengan sungguh-sungguh. Perhatikan cara mendengar firman Tuhan !! Kalau cara
kita benar, maka firman akan mudah untuk diterima, sebab Roh Kudus
“menolong” untuk menjelaskan sampai pada apa yang pembicara tidak ucapkan ,
jadi Roh Kudus itu yang berbicara. Puji Tuhan !!
Tetapi, jika kita tidak
memperhatikan firman, maka Roh Kudus itu akan pergi karena Ia tidak suka
berbantah-bantahan.
Tuhan sudah membantu kita
dalam mempermudah untuk mengertian akan firman, Yesus sudah turun
dari surga, dan melalui Yesus kita dapat “melihat” Tuhan yang
sesugguhnya yang sebenarnya tidak dapat dilihat. Tuhan juga memberikan
perumpamaan-peumpamaan, agar kita dapat mengerti firman, perumpamaan tentang kerajaan
sorga seperti orang yang menabur benih di ladang, kerajaan sorga seperti orang
yang menangkap ikan, nelayan yang tidak dapat membacapun mengerti hal ini,
kerajaan sorga seperti orang yang membuat perjamuan kawin, anak kecilpun
mengerti karena dapat dilihat, jadi Tuhan dalam menggambarkan kerajaan sorga,
Ia membuat sistim yang dapat dimengerti
oleh manusia, Dia tidak berbicara yang “tinggi-tinggi” sampai kita
tidak mengerti, sehingga kerajaan sorga
ini tidak dapat diterima oleh manusia.
Saya juga berusaha
menggunakan istilah-istilah yang mudah untuk dapat dimengerti, disamping itu
Tuhan juga membantu kita lewat Roh Kudus untuk mengerti firman, hal ini terjadi
jikalau kita memperhatikan firman dengan sungguh-sungguh.
Kalau Roh Kudus sudah
berbicara, maka firman itu akan terukir
dalam hati ( II Korintus 3 : 3 ), agar kita dapat untuk mengingat firman
sampai kapanpun dan tidak dapat
dilupakan. Dengan demikian kita dapat lebih meneliti firman yang sudah kita dengar, sehingga kita menjadi kuat, dan dalam
arus bagaimanapun yang menyusahkan kita, kita tidak akan hanyut.
“Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan
apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.”( Ibrani 2 :
1)
“Jangan
hanyut” artinya kita kuat melawan arus apapun, tidak mungkin tenggelam
sebab:
1. kita mengingat firman dan
firman itu memberikan kekuatan untuk melawan arus itu, inilah kemampuan yang
luar biasa. Ada banyak arus di dunia ini : arus pengajaran sesat, yang ada
juga di dalam gereja , bahkan sampai tidak
mau mengenal Tuhan, bahaya sekali. Orang yang dapat “bertahan” melawan arus ini adalah mereka yang mau mendengarkan
firman, mengingat firman, dan meneliti firman, karena di dalamnya ada kekuatan
untuk bertahan bahkan mampu melawan arus itu agar tidak hanyut.
2. Tuhan memberikan iman
dalam hati kita, dan materainya adalah percikan darah. Iman itu
dikaruniakan bersama “menderita/sengsara” bersama Kristus. Sengsara itu
tidak untuk menghayutkan kita tetapi untuk mengkokohkan firman yang membawa
kita masuk dalam kerajaan sorga.
Sedangkan orang yang acuh
tak acuh pada pemberitaan firman, ia mengabaikan firman sampai tidak
mengerti firman , dan bila ia dalam masalah akibatnya adalah kebinasaan.
“Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi
yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan
tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan
dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua
orang dihadapan Allah……….. “( II Korintus 4 : 2,3)
Jadi rasul Paulus memberitakan
firman dengan tanggung jawab, kami memberitakan firman tidak untuk mendapatkan
keuntungan jasmani, atau pujian untuk menjadi sombong. Rasul Paulus tidak
mencari itu.
“……Jika Injil yang kami
beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,”
Jadi “kalau Injil yang kami beritakan masih tidak dimengerti”, sekalipun
dalam pemberitaan sudah dipermudah dan
dibantu oleh Roh Kudus, tetapi orang ini masih tidak mengerti, dan rasul
Paulus mengatakan orang ini hanya disiapkan untuk binasa. Orang yang tidak
mengerti firman akhirnya pasti binasa, karena dia tidak mungkin akan menerima
firman sehingga tidak akan menerima iman, kalau demikian maka dosanya tidak
akan diampuni dan akan binasa.
Jadi kita harus
memperhatikan pemberitaan firman. Inilah “usaha” untuk menjadi orang yang
berhasil masuk di dalam kerajaan sorga,
sedangkan orang yang tidak berhasil
akan dihukumkan, itulah kematian.
Saya sudah menjelaskan Lukas
11 sampai pada ayat 54, dimana Lukas 11 ini berbicara tentang Mezbah Dupa,
arti rohaninya adalah penyembahan.
Penyembahan adalah suatu “proses
perobekan daging” kita tidak hanya “meminta” saja, yang merupakan bagian
pertama dari penyembahan, tetapi kita
“memberi” kepada Tuhan, yaitu persembahan “hidup” rohani yang berkenan kepada Tuhan.
Sekarang kita masuk dalam Injil Lukas pasal 12, yang diterangkan bersama-sama dengan pasal –pasal
berikutnya yaitu : pasal 13, 14, 15,
16, dan pasal 17. Jadi ada enam pasal seluruhnya.
Ke enam pasal ini di dalam Tabernakel
terkena pada tanda: “Pintu Tirai”. Jadi sudah jauh
“tinggi” sekali langkah pengikutan kita kepada Tuhan, dimana langkah awal
pengikutan itu adalah :
Langkah
I : “Pintu Gerbang” à 1. mendengar
firman
Perhatikan cara kamu
mendengarkan firman, agar dapat menjadi
orang
kristen yang benar.
à 2. Menerima
untuk, menjadi iman dan percaya
ini sudah merupakan “karya” rohani. Hasil dari mendengar Firman Allah dan percaya adalah dosa-dosa sebesar apapun juga diampuni. Itulah upahnya : tabiat kita diobahkan oleh Tuhan menjadi anak yang Tuhan yang baik dan benar.
Langkah
II : “pelataran” à Kebenaran (= daerah
pengampunan )
Kebenaran yang diperoleh karena pengampunan dosa-dosa, kita dihadapan Tuhan sebagai orang-orang benar, sebab kita percaya kepada Tuhan., dan pengampunan itu harus dijaga, agar tidak kembali lagi pada dunia, tetapi “suka” beribadah kepada Tuhan, mulai suka membaca firman. Tuhan melindungi kita dengan darah Yesus.
Langkah
III :“Mezbah Korban Bakaran” à Pertobatan (=Berhenti berbuat dosa)
- Pertobatan
dalam tanda “darah”, kita kembali
kepada salib Kristus, dimana “darah” Kristus digunakan untuk mengusir dan
mengalahkan setan (Kisah Para Rasul 19 ),
kita harus menjadi orang percaya, agar kita dapat menggunakan darah
Kristus dan Tuhan melindungi kita.
Orang yang
bertobat itu lebih tinggi rohaninya daripada orang yang percaya yang ada di
“Pintu Gerbang , di sana ia masih dapat tergoda dan kembali keluar, ke dunia,
sedangkan bertobat berada pada “Mezbah Korban Bakaran”, sudah berada “di dalam”
Pelataran/Halaman. Ia bertobat dan tak
melakukan dosa itu lagi, kita menjaga pertobatan agar tidak hilang dengan
memelihara pengampunan dosa dari Tuhan ,
tetapi kalau ia masih melakukan doa itu lagi, berarti pengampunan itu
gugur.
Jadi nanti pertobatan itu
akan ditingkatkan mulai dari tidak mau
berbuat dosa sampai membenci dosa itu,
sehingga pertobatan itu menjadi “lebih mantap”
Pertobatan yang sudaha dimantapkan sampai pada membenci dosa itu, baru disebut “kelepasan” / “kebebasan”
- Pertobatan
dalam tanda “air” yaitu Baptisan air, artinya kelahiran baru.
Ini puncak dari pertobatan yang dimantapkan. Sehingga kelepasan kita di dalam
baptisan air menjadi berarti, sebab kita mengerjakan keselamatan yang sudah
kita terima itu dengan “takut dan gentar”
Banyak orang
dibaptis tetapi dia tidak berada dalam kuasa baptisan air, sebab seringkali kita “kambuh” kembali pada hidup lama/perkara lama, tidak dilahirkan baru, sehingga
dosa itu muncul lagi, kalau dulu suka berkelahi kembali lagi suka berkelahi, kalau dulu mudah marah, sekarang
setelah baptisaan air harus berobah !! kita harus memperjuangkan itu sampai
pada tingkat kelahiran baru, bahkan sampai kepada kita, pendeta-pendeta.
Dulu masih kecil
kita sering mengambil kuenya mama dan kita tidak mau mengaku, bahkan sampai
besar tetap melakukannya, dan nanti persembahan jemaat “uangnya Tuhan “ akan
disalah gunakan, dapat berjinah, sebab dosanya yang lama tidak dikuburkan dalam
baptisan air “kambuh lagi” ia tidak mengalami kelepasan, padahal sudah
dibaptis. Jadi arti dari “karya rohani “ baptisan air adalah
kita terus berusaha sampai tidak dapat berbuat dosa lagi, sampai kita kita
dilahirkan baru. Sekarang kita masih mudah untuk berbuat dosa, dimana saja,
kapan saja, dosa dari daging ini masih
banyak. Inilah “proses” pekerjaan
rohani yang harus kita kerjakan yaitu melawan daging ini, kita memang diijinkan
dalam tanda Mezbah Korban Bakaran, Bejana Pembasuhan. Kita harus hidup dalam
pengertian rohani, mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar bukan
terpaksa.
“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu
senanatiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut
dan gentar, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir.”( Filipi 2
: 12)
“…kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” à tetap “sunggug-sungguh” mengerjakan
keselamatannya dengan tidak sembunyi-sembunyi, sekalipun tidak ada orang-orang
atau pendeta yang melihat. Keselamatan itu tidak dicari, tetapi kita menerima
“saat” mendengarkan firman, “saat” kita percaya, “saat” itu keselamatan
diberikan oleh Tuhan. Sekarang bagaimanakah kita mengerjakan keselamatan ini
? apakah kita bertobat sampai membenci
dosa itu dan tidak dapat berbuat dosa lagi ? Saya tidak rela kalau keselamatan
ini hilang. Dalam ibadah kemarin malam ( Bible Study) saya berbicara tentang
“dongeng dari nenek-nenek tua” yang akan merayu kita untuk mengejar harta di
dunia ini dengan mengorbankan
keselamatan kita. Jikalau kita dilahirkan baru, maka kita tidak akan terkena
rayuannya, jadi jagalah keselamatan itu dengan tidak berbuat dosa lagi,
berhenti berbuat dosa, sampai membenci dosa itu, artinya tidak dapat berbuat
dosa lagi. Inilah yang disebut “kehidupan yang benar”.
“barang siapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari
iblis sebab iblis berbuat dosa dari
mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia
membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab
benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia
lahir dari Allah.” ( I Yohanes 3
: 8,9)
“Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun
menyesatkan kamu. Barang siapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama
seperti Kristus adalah benar;” ( I Yohanes 3 : 7)
Kehidupan kita
menjadi benar sama seperti Kristus adalah benar. Ini masih ditingkat
Pelataran/Halaman, ini hasil dari iman,
pengampunan, pertobatan, kemudian dilahirkan baru, kita menerima kehidupan yang
benar. Anak-anak Tuhan yang hidup benar
akan masuk pada langkah berikutnya yang lebih tinggi lagi , yaitu “dengar-dengaran”.
Itu “Pintu Kemah”
Langkah
IV : “ Pintu Kemah” à Kepenuhan Roh Kudus / Dengar-dengaran
Orang yang hidup
benar tidak dapat dipisahkan dari dengar-dengaran, jadi pasti orang yang
benar tidak sulit untuk dengar-dengaran
kepada Tuhan, dan pasti orang dengar-dengaran adalah orang yang yang hidup
benar, orang yang suka melawan
kebenaran diri sendiri, kebenaran diri
sendiri itu tidak membawa kita masuk ke sorga, tetapi kebenaran dari Tuhan yang membawa keselamatan. Saul
diangkat sampai menjadi raja, ia menjadi lebih tinggi dari semua orang yang ada di kerajaannya,
tetapi tidak dengar-dengaran, sehingga
ia jatuh dan begitu dalam kejatuhannya, ini disamakan dengan orang yang menjadi
miliknya setan, ia tidak dengar-dengaran sampai dengan menyembah setan, itu
menjadi miliknya setan.
Kalau tadi
menjaga pengampunan dengan pertobatan/lahir baru, sekarang dengan dengar-dengaran kita mempermanenkan kebenaran
kita, mungkin orang lain mengatakan kita bersalah, tetapi Tuhan akan
memperhatikan dan membela kita, sebab,
mungkin orang itu melihat dengan “kacamata”kebenarannya. Jadi Anak-anak
Tuhan yang percaya dan bertobat dan hidup benar masih lebih lebih tinggi
anak-anak Tuhan yang dengar-dengaran kepada Tuhan, sebab orang
“dengar-dengaran” itu berada pada “Pintu
Kemah”, itu sama dengan kepenuhan Roh Kudus, ia tidak mengikuti
suara daging / setan dengan godaan dunia ini, sebab Roh Kudus cepat berbicara
kepadanya, dan Roh Kudus cepat memberikan pembelaan, agar kita tidak mengikuti
setan. Alkitab mengatakan bahwa setan tampil dengan kemanisannya, bisa sangat
cantik, tidak jelek, ia menggoda, suaranya merdu menggoda, tetapi Roh Kudus
akan cepat “berbicara” membela kalau itu bukan suara dari Tuhan tetapi itu
suara dari setan, sehingga kita tidak mengikuti daging. Demikian halnya kalau
kita mau beribadah, kita mau memilih ibadah atau menerima uang ? kalau kita
tergoda memilih uang, maka di saat Tuhan datang maka kita akan tertinggal, sebab kita tidak
dengar-dengaran, kita tidak peka untuk
menolak godaan itu.
Langkah
V : “ Ruangan Suci “ à Kesucian, di dalamnya terdapat tiga alat taberbakel.
1.
“Meja Roti
Sajian” à firman
Di sini kita
mendengarkan firman bukan sebagai kebutuhan, tetapi untuk menyucikan kehidupan
kita, sehingga kita lebih rajin
beribadah “bible study” kita rindu mendengarkan firman penyucian sebagai
makanan , entah itu teguran, nasihat firman untuk membasuh hati kita dengan
darahNya, dikuduskan dengan RohNya untuk mendapatkan kehidupan yang tidak dapat
binasa.
2. “Pelita Emas” à
karunia-karunia Roh Kudus.
Di dalam
kebaktian Umum kita menyenyi, bersaksi, ini karya rohani yang meneguhkan kesucian
dan meneguhkan iman kita. Jadi mulai
dari Ruangan Suci itu kita diteguhkan kembali, naik kebenaran kita
diteguhkan, kesucian kita ditambahkan, kita menjadi semakin kuat untuk rajin
beribadah, termasuk kebaktian kaum muda
ini, Kebaktian Kebangunan Rohani, atau di rumah-rumah tangga. Semuanya ini
nanti akan memuncak ke “Mezbah Dupa”
3.
“Mezbah Dupa” à
penyembahan
Langkah
VI : “Pintu Tirai” à puncak perobekan daging (=daging tak bersuara)
Inilah puncak penyembahan, dimana daging tak bersuara
lagi, kehidupan itu
sepenuhnya rohani, begitu melewati tirai
itu.
Ada
4 orang disebutlkan dalam Alkitab yang sudha melewati “Pintu Tirai”, yaitu :
Wahyu pasal 12, kehidupan orang-orang
kudus yang tidak tergantung pada daging dan dunia,
mereka hidup di padang belantara dengan
pemeliharaan urapan RohNya, di dalam firmanNya
dan semua yang merupakan “hak warisanNya”
(warisan kerajaan sorga) dikembalikan.
Gereja Tuhan juga akan mengalaminya, melewati “Pintu Tirai”, di
sana daging dikalahkan, ini adalah orang
kelima yang melalui “Pintu Tirai”.
Jadi Injil Lukas pasal 12 yang berbicara tentang
“Pintu Tirai” terdapat lima tabiat daging yang harus dihentikan/dirobek
sampai tidak bersuara lagi, yaitu :
1. Ayat : 1-3 : kemunafikan/pura-pura
2. Ayat : 4-12 :
ketakutan. Orang yang takut itu
akan tertinggal saat kedatangan Yesus , tetapi kita
nanti kita akan mengalami seperti Elia, yang pergi
kemanapun tanpa gangguan, tidak
ada jarak yang memisahkan,sebab tidak ada
lagi suara daging.
3. Ayat 13 – 21 : keinginan
yang tidak pernah dapat dipuaskan.
Kalau sampai merasa puas itulah
kemurahan Tuhan
4. Ayat 22 – 34: kekuatiran
5. Ayat 35 – 48: kelengahan.
Suka menunda waktu untuk beribadah.
Jadi marilah kita meningkat dalam karya rohani !! puji
Tuhan !!
KABAR MEMPELAI INTERNASIONAL
KABAR MEMPELAI INTERNASIONAL