Kebaktian Doa Penyembahan “Mezbah Dupa” 05-03-02
Oleh : Pdt. Pong. Dongalemba
Kita masing-masing mempersiapkan diri untuk mendengarkan firmanTuhan, agar kita dapat menyembah Tuhan, semoga Tuhan ada di tengah-tengah kita, untuk mengurapi, dan mencurahkan kasihNya kepada kita sekalian. Kasih itu yang mendorong kita, agar suka menyembah Tuhan. Banyak tugas-tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk kita doakan, yaitu yang sekarang ini adalah perluasan dan renovasi gedung gereja kita, tetapi di hari-hari ini doa kita lebih ditekankan untuk “Kebaktian Paskah Persekutuan” bulan April yang akan datang, yang sekarang sedang dalam persiapannya.Banyak hal yang sudah dipersiapkan dan banyak yang harus dikerjakan, bahkan masih banyak yang harus dikerjakan. Oleh sebab itu kita berdoa, agar kita mendapat kemampuan, dan sesudah melakukan pekerjaan itu kita tidak merasa bahwa sepertinya kita yang mengerjakan semuanya, tetapi semuanya itu karena “kemurahan Tuhan”. Seringkali anak-anak Tuhan jatuh sebab merasa berjasa setelah mengerjakan suatu pekerjaan, itu di hadapan Tuhan merupakan suatu “kejatuhan” yang seringkali kita tidak menyadarinya. Memang kita mengambil “bagian-pelayanan”, tetapi kalau tanpa penyertaan Tuhan, maka tak satupun dapat kita lakukan. Jadi, marilah kita di dalam pekerjaan ini mengutamakan doa yang merupakan “puncak” karya rohani, agar kita dapat menjadi “alat” yang dipakai oleh Tuhan.
Saya ingin menunjukkan pentingnya suatu doa, yaitu di dalam Injil Yohanes 15
“Akulah
… apa-apa” ( Yohanes 15 :5)
Kita adalah “ranting-ranting”, bukan “pokok”, tetapi kita bergantung pada “pokok” Yesus Kristus yang harus nyata : Kita hidup di dalam Dia. Kita merasakan ketergantungan kita pada Tuhan di dalam doa penyembahan, dalam doa penyerahan hidup kita kepada Tuhan. Ini hal yang sangat penting untuk kita lakukan setelah mengerjakan pekerjaan Tuhan, kita “kembali” mengucap syukur kepada Tuhan. Jangan merasa kecewa kalau kita belum berhasil, sebab belum “waktunya”. Kecewa adalah tanda kalau kita tidak bekerja dengan Tuhan, tetapi kita bekerja dengan dorongan/tekanan daging. Itu sifat dari daging : cepat kecewa, menjadi sombong kalau berhasil, dll. Jadi kita tidak bekerja dengan cara yang demikian, tetapi kita bekerja di dalam Tuhan, dengan Tuhan, baru akan “berbuah-buah banyak”.
Tadi disebutkan “ranting-ranting” ini terjemahan yang tepat, bukan carang atau cabang. Ranting-ranting adalah bagian yang terkecil dari “Pokok” tetapi di sini kita melihat, justru ranting-ranting yang kecil ini banyak buahnya. Semakin kita merasa “ranting” tidak berarti, bukan cabang, kita mendapat kesempatan untuk berbuah. Di saat kita dikecilkan, di saat kita mengecilkan diri sekecil-kecilnya, maka di saat itulah kita mendapat kesempatan untuk berbuah, tetapi di saat kita mulai merasa “besar”, di saat itulah kita kehilangan kesempatan untuk berbuah banyak. Puji Tuhan !! Jadi bagaimanakah kita di dalam ranting-ranting ini ? berapa pun buah kita, selama kalau kita berada pada ranting tidak mungkin kita gugur, sebab kita “menyatu” berpegang pada “pokok” Puji Tuhan !! Jadi ini suatu sistem pekerjaan, manfaatkan kesempatan untuk berdoa di hari-hari ini dengan sungguh-sungguh, agar kita semua dipakai oleh Tuhan. Sebab kita melihat begitu banyak kekacauan di dunia ini, banyak kelengahan di dalam gereja Tuhan, malam makin larut dan daging semakin lengah, mengantuk dan tertidur, dan di saat itulah Tuhan datang. Jangan menjadi kehidupan demikian, tetapi kita sudah menggunakan kehidupan kita seperti “perawan yang suci”.
“
Sebab … Kristus “ ( II Korintus 11 :2)
Di dalam Injil Matius 25 : 1 dan selanjutnya, diceritakan tentang sepuluh anak dara/perawan yang menantikan Tuhan, lima dara yang pandai dan lima dara yang bodoh, semuanya mengantuk, lengah dan tertidur. Tetapi lima dara yang pandai masih mempunyai kelebihan, yaitu mempunyai “minyak cadangan” di dalam buli-buli. Ini kehidupan yang dipersiapkan. Kita sudah mendengarkan penjelasannya, bahwa buli-buli “kehidupan” yang menyimpan sinar atau terang kemuliaan Kritus, ia tahan dalam gemblengan. Jadi kehidupan kita di hari-hari ini bukan untuk berbuat dosa, tetapi kita hidup di dalam kesucian, semakin suci menjelang hari kedatangan Tuhan. Sekarang kita sedang berada di Ruangan Suci, dalam tingkatan “Ruangan Suci”, yaitu suatu kehidupan yang “penuh pengharapan”. Jadi kita menjalani kehidupan yang penuh pengharapan, dalam pengikutan kita kepada Tuhan merupakan “jalan penantian” menanti kedatangan Yesus yang kedua kali. Inilah perjalanan hidup kita : jalan penantian.
Gereja Tuhan seharusnya sudah berada pada Ruangan Suci. Kalau kita melihat kembali Tabernakel, kita sudah melewati Halaman, jaman Taurat, itu perjalanan Israel, bukan berarti itu tidak perlu, tetapi justru itu pengalaman dalam kehidupan kita yang pertama, sementara kita sekarang Jaman Gereja berada dalam perjalanan Ruangan Suci. Kalau dulu Jaman Taurat ditekankan dalam perjalanan kebenaran dan ternyata orang Israel dengan tauratnya tidak melakukan dan mendapatkan kebenaran, maka di hari-hari ini tingkat Halaman pun sudah digenapkan oleh Tuhan dengan korbanNya, sebagai pengganti Korban Pembenaran : kambing, domba, lembu, yang dulu tak mampu membenarkan orang israel.
Di dalam surat Ibrani 10 mengatakan, bahwa darah binatang tidak mampu menyucikan, sehingga Tuhan mati di kayu salib dan darahNya menebus kita untuk mendapatkan kebenaran. Kita baca dalam Roma 4 : 25.
“Yaitu
Yesus … kita” ( Roma 4 : 25)
Sebenarnya tidak ada dasar bagiNya untuk menerima hukuman mati, tetapi Yesus diserahkan untuk mati !! karena dosa-dosa/pelanggaran kita, Ia diserahkan untuk mati. Jadi Yesus mati dan Ia dibangkitkan untuk membenarkan kita. Jadi, kita memperoleh kebenaran bukan karena melakukan hukum Taurat, tidak ada seorangpun mampu melakukan taurat, tetapi kita memperoleh kebenaran karena Tuhan mengampuni kita. Itu Halaman, yaitu perjalanan hidup dalam suasana pengampunan, kita dibenarkan ! Kemudian kita meningkat pada perjalanan jaman ini, yaitu perjalanan Ruangan Suci, kita harus dalam perjalanan Ruangan Suci, kita dapat melihat, mengukur kehidupan kita, kita “timbang-timbang” dan kita merasa ketinggalan. Seperti Rasul Paulus mengatakan : “aku harus berlari-lari mengejar sasaran” ( Surat Filipi ), ia merasa ketinggalan, dia tidak boleh lengah, kelihatan pengikutannya bersuasana Ruangan Suci/suasana gereja, tetapi kehidupannya masih suasana Taurat, berarti ia ketinggalan satu “ruangan” ruas jalan. Tetapi saat ia menyadari keadaannya, ia mengatakan : “aku harus berlari”à mengejar ketinggalan, apalagi sekarang, kita sudah berada di akhir 2000 tahun zaman gereja ini, sedangkan rasul Paulus berada di awal 2000 tahun, tetapi ia sudah merasa ketinggalan. Jadi kita periksa ketinggalan ini dengan jujur, rasul Paulus melihat kalau kehidupannya masih di Halaman/ruangan Taurat (Ibrani 9), ia melihat ketinggalannya, maka dalam surat Filipi ia menuliskan agar “terus berlari mencapai sasaran”. Ia melepaskan semuanya yang ia anggap untung, ia melepaskan semua untuk “membebaskan” meringankan perjalanannya.
Kita bangsa kafir sekarang ini bukan cuma ketinggalan dua ruas jalan. Kita melihat keadaan kita untuk percaya saja belum benar, kita belum masuk pintu gerbang, apalagi untuk bertobat. Jadi secara ukuran Tabernakel kita sudah ketinggalan dua ruas jalan. Kita belum berada di Ruangan Suci, di Halamanpun tidak, ternyata kita masih “di luar” Halaman. Jadi, kita ketinggalan dua ruas jalan keselamatan ini, kita ketinggalan jauh. Rasul Paulus ketinggalan karena belum berada tepat di Ruangan Suci, ia masih bersuasana Taurat dan ia menyadarinya. Kalau suasana dosa, ia dikatakan tidak bercela dalam hal Taurat. Memang ia hidup dalam suasana Taurat, tetapi dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya, ia sudah ketinggalan. Kalau kita mau jujur skearang ini kita seharusnya sudah berada di depan pintu yang terakhir, yaitu Pintu Tirai : perjalanan hidup yang penuh pengharapan, itu Ruangan Suci. Tetapi kalau kita ukur ke belakang dari Ruangan Suci itu, kita masih tidak dengar-dengaran. Di Halamanpun masih belum mengalami pembenaran, kita mengulang-ulangi perbuatan dosa, kita jatuh-bangun, sehingga posisi kita berada di luar pintu gerbang. Oleh sebab itu kita harus mengejar ketinggalan itu !! jangan lengah. Kalau dalam ibadah dan pelayanan kita lengah, maka kita benar-benar akan ketinggalan saat Yesus datang.
Sekarang kita manfaatkan kesempatan untuk disucikan, dan malam ini kita sungguh-sungguh berdoa, perlu doa ekstra agar kehidupan kita berada pada posisi yang tepat. Kalau kita sudah menjalankan tiga macam ibadah itu merupakan sarana untuk membawa kehidupan rohani kita pada posisi yang sebenarnya. Saya percaya Tuhan akan menolong kita, sekalipun kita ini benar-benar orang yang “terbuang” masih di luar, kalau malam ini kita percaya kepada Yesus, tidak perlu menunggu dua-tiga hari atau bertahun-tahun, tetapi kalau malam ini kita mendengar suaraNya dan tidak mengeraskan hati, maka malam ini juga Tuhan menebus kita, dan malam ini juga Tuhan akan membenarkan kita. Jadi jangan menunda kesempatan. Kalau suara Tuhan memanggil kita, dan kita mendengarkan suaraNya, maka Ia akan menunjukkan posisi kita, jangan sampai posisi kita berada “di luar” saat Yesus datang. Jadi kalau kita menghadapi Pintu Gerbang tentang iman kita masih belum dapat “masuk”, dengarkanlah Firman Allah!! Kita menerima Firman itu, dan kita percaya, maka kita diampuni oleh Tuhan.
Jadi sekali
lagi, jangan menunggu besok, atau satu hari lagi, atau beberapa jam lagi,
tetapi “saat ini”, sebab Alkitab mengatakan : “saat ini kalau kamu mendengar FirmanNya, jangan keraskan hatimu”
“Sebab itu … suaraNya,
Janganlah … padang gurun” ( Ibrani 3 : 7,8)
“Jangan keraskan hati”, kalau hari ini kita bangsa kafir mendengar “suara” Tuhan, maka kita dipanggil oleh Tuhan. Perhatikan para siswa-i pada saat Pembukaan Sekolah Alkitab yang lalu, Saudara mendengar panggilan Tuhan untuk dikerjakan oleh Tuhan, untuk dibenarkan, untuk dibetulkan, untuk diperbaiki, sekarang Saudara sudah berada pada bulan yang terakhir, kita menghadapi hari-hari pendidikan yang terakhi, jangan terlambat, Saudara-saudaraku. Jadi waktunya semakin sempit, semakin singkat, kita menggunakan kesempatan untuk mengejar ketinggalan, jangan menunggu “besok” baru percaya, jangan menunggu “besok” untuk selamat, tetapi “saat ini” kalau kita mendengar. Saya pernah mengatakan sebaiknya jangan kita meninggalkan ruangan gedung ini, jangan kita berdiri dari penyembahan kita kalau belum diyakinkan bahwa kita sudah diselamatkan oleh Tuhan, sebab Tuhan sangat konsekuen dengan janjiNya. Kalau Tuhan melihat kita benar-benar merendahkan diri, mengaku dosa di hadapan Tuhan, saat itu kita menerima pengampunan. Kalau kita sudah diampuni dan kita berjanji kepada Tuhan dengan pengikutan yang sungguh-sungguh, taat, setia, dan dengar-dengaran, tidak bersungut-sungut, maka di dalam surat Filipi 2 mengatakan, kita akan ditarik oleh Tuhan, dibetuk menjadi suatu kehidupan yang penuh pengharapan, satu kehidupan yang hanya berharap kepada Tuhan. Itulah kehidupan “bintang-bintang” yang hanya bergantung kepada Firman Allah, Firman Kehidupan. Kita baca dalam Filipi 2 mulai ayat 12. Itu merupakan suatu kehidupan yang sempat ditolong, sempat diselamatkan.
“Hai
saudara-saudara … tidak hadir,
Karena
… kerelaanNya” ( Filipi 2 : 12,13)
Ini kehidupan yang mendapat kesempatan diselamatkan oleh Tuhan, maka “kerjakan keselamatan dengan takut dan gentar”. Jadi setelah itu Tuhan memberikan kemauan, kerinduan di dalam hati untuk mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, kerjakanlah itu dengan “taat dan setia”. Jadi maksudnya bukan untuk mencari keselamatan! (Ayat 12) Kita sudah menerima keselamatan dari Tuhan tanpa membayar apa-apa, sebab Tuhan sudah membayar dengan darahNya, kita hanya tinggal menerima keselamatan itu. Sekarang masalahnya bagaimanakah kita menggunakan keselamatan hidup itu ? Sudah benarkah kita menggunakan keselamatan hidup ini untuk menjadi kehidupan yang suci ? bagaimanakah kita menggunakan kehidupan yang suci itu ? Kalau keselamatan hidup ini kita gunakan untuk taat kepada Tuhan, maka kita akan disucikan oleh Tuhan. Jadi masalahnya bagaimanakah sekarang kita menggunakan hidup suci, hidup yang penuh pengharapan ini ?
I Petrus 1 : 3, itu kehidupan yang penuh pengharapan, setelah kita taat, dibasuh/disucikan oleh Roh Kudus, dipercik dengan darah Yesus, kita menjadi orang yang dilahirkan kembali dalam hidup yang penuh pengharapan untuk memperoleh kehidupan yang tidak binasa. Saya sudah menjelaskan hal itu, yaitu kehidupan yang ada hubungannya dengan Meja Roti Sajian(= Firman). Jadi kehidupan yang penuh pengharapan itu langsung kehidupannya dikaitkan dengan Firman. Di dalam I Petrus 2 disebutkan itu “susu yang murni” untuk bertumbuh dan menjadi satu kehidupan yang dipakai oleh Tuhan menjadi Bait Allah untuk mempersembahkan persembahan yang oleh kemurahan Tuhan berkenan kepada Tuhan. Itulah kehidupan yang tidak akan binasa, dia menjadi imam-imam dan raja-raja. Dia orang yang dipercayakan oleh Tuhan. Ia orang yang percaya kepada Tuhan dan dipercayai oleh Tuhan. Haleluya !! Jadi kehidupan yang ada kaitan dengan Firman Allah ini menjadi kehidupan yang dilahirkan kembali, inilah kehidupan yang dipercaya oleh Tuhan untuk memiliki cahaya “Firman” Injil tentang kemuliaan Kristus, yaitu berita keselamatan, Injil tentang keselamatan. Jadi memberitakan firman tidak sekedar khotbah, apalagi kalau khotbah itu hanya karena profesi, ini berbahaya sekali, atau karena kebiasaan. asal “ngomong” saja, tetapi sebenarnya kita tidak menerima sesuatu ilham dari Tuhan. Roh Kudus tidak bekerja untuk berbicara tentang Firman Allah. Tetapi orang yang dipercayakan oleh Tuhan ini yang mengalami suatu cahaya kemuliaan dari Firman Allah untuk membawa Berita Pendamaian, yang sekarang dipercayakan kepada kita, yaitu orang-orang yang memperoleh hidup yang tidak dapat binasa. Firman Allah ada di dalam dia, sekalipun ia “meninggal,wafat” dipanggil Tuhan, maka ia akan dibangkitkan oleh Tuhan. Kalau kita tetap hidup sampai Tuhan datang, maka kita akan diobahkan dalam sekejap mata. Jadi bukan saja tidak dapat binasa, tetapi disebutkan juga suatu kehidupan yang tidak dapat cemar(IPetrus1: 4).
Ada 3 hal yang membuat kehidupan itu tidak dapat cemar “ tidak dapat berbuat dosa lagi” :
“ Dan … bercela” (Wahyu 14:5)
“Dan … sesungguhnya.
Karena … anggota” ( Epesus 4 : 24,25)
Kolose 3 : 5 banyak dosa-dosa yang harus dilepaskan agar kita menjadi manusia baru.
“kita
tahu … menjamahnya” ( I Yohanes 5 : 18)
Orang yang dilahirkan baru tidak dapat dijamah oleh setan. Ini penting. Kehidupan yang penuh pengharapan seperti ranting yang tetap pada carang untuk selalu dibersihkan dan berbuah-buah, itu kehidupan yang tidak akan gugur, sebab Tuhan sangat memperhatikan kita sekalian. Inilah kehidupan yang seharusnya kita miliki agar semakin dekat dengan Tuhan. Satu hal lagi yang akan kita dengar, bahwa kehidupan yang tidak binasa ini, yang tidak dapat cemar ini adalah juga kehidupan yang tidak akan layu. Inilah kehidupan surgawi yang sudah dapat kita miliki di bumi sekarang ini. Inilah kehidupan yang tersimpan di surga. Puji Tuhan !!
KABAR MEMPELAI INTERNASIONAL